Assalamualaikuum

Welcome! Selamat Datang! Sugeng Rawuh!

disini aku bercerita, bercita dan bercinta bersama kata.

tak ada yang perlu kusembunyikan dan kututupi dari dunia, aku percaya saat aku bercerita hal besar padanya, dunia akan menceritakan hal dahsyat padaku.

cita citaku sepenuhnya ada padanya, kata. aku percaya melebihi apapun, kami akan selalu bersama.

aku tak percaya cinta pada pandangan pertama, tapi aku percaya cinta pada kenyamanan pertama. tak ada yang lebih membuatku nyaman kecuali kata.

Kamis, 16 Agustus 2012

ZENIT (Mozaik 3-End)


NEWCASTLE, 12 Februari 2009

“Nesha.. Nesha… Bangun sayang, Nesha” Suara Mom timbul tenggelam, aku menggerakkan jemariku
“Oh, lihatlah, jemari Nesha bergerak!”, Suara Dad serak, sepertinya dia tidak tidur selama beberapa hari.
Aku mencoba membuka mata, tapi berat… pusing, “Vanesha... ayolah nak..!” Suara Mom terdengar putus asa, lalu ia terisak dan sesekali mengucap nama Dad.Setelah mencoba beberapa kali akhirnya aku bisa melihatnya.. aku sudah dikamarku, di Newcastle. Mom tertunduk lunglai dikananku. Dad bersandar dikursi menutup mata, tapi aku yakin dia tidak tidur, “Mom… “ aku mengelus rambutnya.
Mom tengadah, menatapku. Air matanya menetes, “sungguh Stephan… aku tidak bisa menghilangkan bayangan jika Nesha kita sudah sadar!”, lalu Mom tertunduk lagi.
“Tidak Jenice, itu bukan sekedar bayangan!”, Dad menatapku, “Kau sudah lelah tidur nak?”, lalu Dad terkekeh
Aku tersenyum lunglai, “mungkin”
“Oh… Nesha. Anakku, sayangku.. kau sudah sadar nak? Kau pingsan sudah lebihd dari 42 jam, apa yangn terjadi? Setelah menemukanmu terkulai di pantai kami langsung membawamu kembali ke Newcastle. Ceritakan.... aku janji tak akan memarahimu Nesh!” Mom mengangkat kedua jarinya.
“Apa itu Zenit Mom?”, dengan susah payah aku bicara, lambungku serasa terkoyak. Dad melarangku tapi aku terus bicara, “Apa Mom? Apa artinya?”
“Apa?  Zenit?”, Mom mengerjap – ngerjap lucu.
“Jawab Mom!”
“Titik puncak imajinasi dilangit, diatas bumi tegak lurus terhadap cakrawala!”, jawab Mom persis anak SD menjawab pertnyaan dari guru, runtut, takut meninggalkan satu kata saja.
Aku melirik tangan kiriku, aku sedikit kaget, kotak kecil hijau itu masih kugenggam. Dad memintanya dariku, lalu membukanya. Didalamnya adalah sapu tangan transparan dengan sulaman warna emas, Dad membaca sulaman itu ‘AZREL SAYANG KALIAN’
Mom dan Dad menatapku, “Azrel?”
“Mom, entah hukum apa yang menjadikan imajinasi itu nyata, dia menemuiku lalu membawaku ke Zenitmu yang sesunguhnya!”
“Oh Nesh, maafkan Mom!!” Mom beringsut kelenganku, membenamkan wajahnya kedekat wajahku.
Dad memeluk kami, “Mom dan Dad menyayangi kalian!”
“Kami juga sayang Mom dan Dad!” Kali ini Suara Azrel yang menjawab, menyamai suaraku.
Ngawi, 24 Mei 2009




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya :) semoga dengan membaca blog saya, teman teman mendapatkan sesuatu yang baik. Silahkan tinggalkan komentar :)