Diiringi instrumen manis tanpa
vokal, aku masuk dalam potongan film hitam putih yang diputar perlahan. Film
yang tanpa perlu publikasi menggunakan poster besar apalagi masuk layar lebar,
tapi ketenarannya sudah membuatku kewalahan, namanya: masa lalu. Faktanya memang
begitu, kedigdayaan masa lalu hanya membutuhkan beberapa detik untuk kembali merayapi
ingatan kemudian menguasai pikiran, celakanya aku tak memiliki suplai tenaga untuk
melawan.
Dulu kita saling mencintai, tapi
kita tak belajar bahwa bumi dan matahari tetap menjaga jarak dalam mencintai
agar tak saling menyakiti. Jenuh membungkus perasaanmu, aku malah sudah berdiri
diawal petualanganku. Kita saling tak perduli, kita berdua sama – sama tahu
bahwa kita sama sekali bukan dalam tahap tergila – gila. Episode selanjutnya
kita memilih untuk tak lagi bersama walau kita berdua tahu kita saling
mencinta.
Kujalani
kehidupanku dengan terus berpetualang, tapi aku terlelap dengan kamu dalam
mimpiku. Aku tertawa bahagia ditengah petualanganan, tapi kamu menjelma sebagai
luka yang belum mampu disembuhkan masa.
Ragaku selalu datang berpetualang tapi kamu hadir menjadi separuh pikiran. Mungkin,
aku terlalu pintar bersandiwara, tapi.. siapa yang tidak jadi gila? Haruskah aku
terlebih dulu menderita skizofrenia, memunculkan bayangan lain demi bersembunyi
dari masa lalu?
Entah salah siapa, kamu yang
terlebih dahulu jenuh atau aku yang terlebih dahulu mencuri start untuk
melakukan petualangan. Lupakan saja, bagiku semua alasan telah kadaluarsa.
Sekedar informasi untukmu, aku mulai kritis. Besar harapanku agar Tuhan tidak
jengah dengan doaku.
Tempias air hujan menjadi saksi
bisikanku pada telinga petualangan, “ajak aku berpetualang selamanya. Bawa aku
ke Mahameru! Ajak aku ke Finlandia melihat aurora! Ayo ke Arashiyama Sagano,
ada hutan bambu yang ketenarannya mendunia!” Mata petualangan menatapku iba,
raut wajahnya seperti menyanyakan ‘sesakit
itukah rasanya?’ walau kemudian
petualangan mengangguk mantap dan tersenyum sekilas. Tahap selanjutnya malah
aku yang menjadi gentar, aku bahkan tidak ingin siap untuk benar – benar
melupakan masa lalu.
Kubilang, aku pandai bersandiwara.
Aku tetap datang berpetualang setiap hari dengan bahagia, tertawa, ceria,
hingga kubiarkan diriku terpesona. Tapi hatiku mencatat tebal, ada potret lain
yang dibawa petualangan dalam hal ini. Potret itu masuk lalu menusuk. Aku yang
sudah porak – poranda ditusuk? Buat apa? Toh aku sudah jadi remah - temah. Aku membenci
tapi tidak mendendam, aku bersedih tapi tidak menangis, aku sakit tapi aku baik
- baik saja. Ada satu bagian yang harus kuingat, petualangananlah yang telah
berbaik hati bersandiwara baik padaku. Aku tidak akan membalasnya, aku hanya
mencatatnya, itu sudah lebih dari cukup. Toh sejak awal berpetualang, aku tak
menjajinkan diriku seluruhnya untuk setia.
Ketika petualangan memaksaku membuat
catatan hitam tentangnya. Aku malah makin pintar bersandiwara pada siapa saja.
Kusingging senyum dipagi hari, walau akan tetap kembali terengah - engah ketika
kamu menyusupi mimpi di malam hari. Sejak itu aku mengerti, tidur tak lagi
mengasyikan. Dari sekian banyak kemungkinan, alam bawah sadarku tetap memilih
kamu, yang pada episode selanjutnya muncul membawa sosok baru lain untuk
dikenalkan oleh keadaan kepadaku.
Hatiku kebas. Kamu, petualangan
dengan sosok baru, kemudian kamu dan sosok baru, tiga hantaman tanpa koma. Aku
lari dari kenyataan dengan cara menulis, membuat kehidupan lain. Aku lari dari
rasa sakit dengan menertawakan kepolosanku. Aku lari dari bayanganmu dengan
berdoa. Tapi, agaknya kamu juga mengerti “adakah jalan untuk lari dari
pikiranku sendiri?” Haruskah aku mengamini cerita konyol dosenku, “meninggalkan
otak di kulkas?”. Sayangnya, bahkan kulkas saja tidak ada di kamar kosku.
Lama kupandangi fotonya, foto sosok
baru yang malam itu duduk disebelahmu. Aku teringat celetukanku dengan seorang
dokter bedah, “ kenapa nggak pacaran saja sama teman sesama dokter aja Mas. Kan
asik, nyambung”, jawabannya diluar dugaan. “Mas kan pengennya pacaran, bukan
ngomongin penyakit”, aku diam. Kemudian menyimpulkan. Jadi kamu lebih suka ngomongin penyakit.
Kupandangi fotonya lagi, dengan
semena - mena hatiku membelanya. Mungkin
dia tidak hanya tahu penyakit, tapi dia juga tahu cara mengobatinya. Dia tahu
kamu sakit apa, jadi dia bisa mengobatimu. Lalu aku?
Makin kupandangi wajah itu, kini dengan
perasaan kalah. Kuhitung berapa lelaki yang kusingkirkan, demi lelaki yang kemudian
meyingkirkanku demi wajah itu. Kuhitung jumlah hari aku bertahan demi dikalahkan
oleh wajah itu. Kuhitung berapa banyak hati yang ingin membahagiakanku tapi
malah kusakiti, demi lelaki yang menyakitiku demi membahagiakan wajah itu. Aku
bahkan butuh jari orang lain untung menghitung totalnya.
Saat itu, bukan lagi seperti film hitam putih yang
diputar perlahan, tapi layar sudah menjadi hitam. Segalanya usai. Tapi diakhir
perjuangan aku tersenyum, untuk beberapa hal. Yang pertama aku lega akhirnya
aku tahu semuanya, yang kedua aku akhirnya tahu perjuanganku menemukan
ujungnya, dan yang terakhir sekaligus yang aku percaya, bahwa senyumku jauh
lebih manis dibandingkan senyuman di foto itu. Aku memang merasa kecil
setelahnya, tapi aku masih percaya, aku tetap baik – baik saja.
Aku berharap, dengan separuh hati, kamu
tak menjadikan wajah itu orang kedua yang kamu lukai setelah aku. Apalagi
membuatnya terkatung – katung lebih lama.
Aku tak mengutuk siapa – siapa, aku
tak marah pada keadaannya. Malam itu kuputuskan merapal doa tanpa namamu didalamnya,
“jika calon imamku jauh, dekatKan. Jika
calon imamku sudah dekat, mudahKan. Jadikan dia salah satu dari orang yang
kutemui selama seminggu kedepan, Tuhan. Aku siap membuka buku baru”
Semoga ini jawaban dari Tuhan. Tanpa
menunggu seminggu, aku dan kauu sudah duduk diatas pasir putih, menikmati
matahari yang tinggal sejengkal dari cakrawala. Ya, aku siap membuka buku baru
walau bukan untuk orang yang tak lagi baru, terimakasih Tuhan.
Yang dulu dan kini sama baiknya.
Yang dulu baiknya berlalu, yang kini baiknya selalu –Yajugaya-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya :) semoga dengan membaca blog saya, teman teman mendapatkan sesuatu yang baik. Silahkan tinggalkan komentar :)