Assalamualaikuum

Welcome! Selamat Datang! Sugeng Rawuh!

disini aku bercerita, bercita dan bercinta bersama kata.

tak ada yang perlu kusembunyikan dan kututupi dari dunia, aku percaya saat aku bercerita hal besar padanya, dunia akan menceritakan hal dahsyat padaku.

cita citaku sepenuhnya ada padanya, kata. aku percaya melebihi apapun, kami akan selalu bersama.

aku tak percaya cinta pada pandangan pertama, tapi aku percaya cinta pada kenyamanan pertama. tak ada yang lebih membuatku nyaman kecuali kata.

Jumat, 08 Juni 2012

Love You, like a MOVIE


Perkenalkan namaku Ara dan aku bukan siapa siapa. Bagiku, dunia dan kehidupan adalah semacam film layar lebar yang selalu berganti kisah. Sedangkan aku sendiri adalah penonton setia yang duduk hambar di kursi gelapku, tanpa popcorn dan minuman soda. Aku bersyukur menemukan diriku menikmati cerita monoton tanpa harus ikut merasakannya, hanya melihat dengan tatapan kosong lelah dan hitam putih seperti papan catur.
-------
Lelaki dibalik kemudi itu tenang, memandang lurus dan menghunus. Andai sebuah pandangan mampu merubuhkan raga segar yang sadar, mungkin detik itu pepohonan tumbang dan dan daunnya menghilang. Rahangnya mengeras, waspada akan kecepatan memasuki 200km/jam yang dia ciptakan sendiri.

Gadis itu menyandarkan tubuhnya nyaman, menikmati  gerak hiasan dashboard  berbentuk domba yang membuat gerakan bolak balik dengan lehernya. Mencerna dunianya saat itu bukan semacam game balap mobil atau polisi girang mencari rampok, tapi dia benar benar bernafas didalam mobil itu. Menghirup aroma Carmate termahal  dan kembali masuk kedalam kepalanya. Alunan mendayu saxophone quintet memang selalu membius, dalam lengang dan ketiadaan yang tiada. Sekejap firdaus ini menjadi neraka.
                “Kemana?” lelaki itu mengulang pertanyaannya untuk ketiga kalinya. Senyuman tipis itu yang membuat semuanya jatuh cinta. Gadis itu dan selusin gadis lain. “Steak? Seafood? Pizza? Atau sekedar minum coklat hangat dan donat?”
                “Terserah” Suara itu malas. Tapi lebih dari itu semua, suara itu sedih, kecewa, menderita. Pandangannya dilayangkan ke pinggir jalan, pasangan muda dengan gaya mereka yang sederhana. Makan di warung angkringan atau lesehan pinggir jalan, hanya segelas es teh dan beberapa gorengan harga 500 perak. Mereka bicara berbisik karena mereka duduk rapat, wajahnya berkilauan walau berkali kali terkena kepulan asap jalanan. Lihatlah, kemilau cinta mengaburkan semuanya.
                Mobil mewah dengan interior nomor satu itu berhenti. Kedua pasang mata itu melihat tulisan besar ‘Empire XXI’ tapi tak segera turun malah membatu
                “kamu sakit?” lelaki itu terlihat cemas melihat gadisnya menggeleng dan terseok seok untuk tersenyum. “apa aku melakukan kesalahan?”
                Menggeleng. Dan itu kesalahanmu.
                “kamu sedang ada masalah?”
                Mata indah itu berkaca kaca, pelukan lembut menumpahkan bendungannya yang begitu tipis. Iya, aku ada masalah mas. Tentang otakku. Otakku memilih memikirkan lelaki lain saat aku bersamamu.
                Isakan itu mengiris hening, ada kata yang tertelan dan pertanyaan yang dijawab mengambang. Selebihnya, diluar sana ada seorang lelaki yang kesulitan mendekap hatinya. Matanya yang jenaka terlihat merah nyaris putus asa. Senyumnya rapuh dan jiwanya lusuh. Bersandar linglung diruangan pengap menghirup dalam aroma dunia yang menjijikkan.  Dan mengepulkan asap rokok setinggi dia mampu seperti hendak mengusir cinta yang tak diharapkannya hinggap, merayap dan… disambutnya. Selemah kapas dia berbisik “Banyak hal yang nggak perlu kedengaran bunyinya, tapi kelihatan tindakannya. Sampai kiamat, aku rasa nggak bakal pernah kirim bunga atau surat cinta ke kamu. Tapi dari hari pertama aku menyayangimu suka sampai kiamat nanti, aku akan jadi orang yang paling siap diandalkan”
----
‘Banyak hal yang nggak perlu kedengaran bunyinya, tapi kelihatan tindakannya. Sampai kiamat, aku rasa dia nggak bakal pernah kirim bunga atau surat cinta. Tapi dari hari pertama dia suka sampai kiamat nanti, dia akan jadi orang yang paling siap diandalkan’
                Ara kembali menginagat kalimat yang sama, suara actor malang itu terlalu jelas untuk dilupakan begitu saja, sesungguhnya itu terlalu biasa tapi sejujurnya makna yang kuterima begitu terasa.  
“Ara! Ara! Ayo kita pulang sayang” Sentuhan lembut di jemari kananku membuatku tersadar, layar bioskop itu sudah menghitam.
“Oh, iya… ayo”, tanpa basa basi kuangkat pantat dan berjalan menuju parkiran mobil, terlihat dari kejauhan mobil mewah warna merah mentereng berjajar dengan mobil lainnya, tapi tumpanganku tetap yang terbaik dikelasnya. Aku duduk santai sambil mengucap selamat tinggal pada tulisan ‘Empire XXI’ di hadapan kami. Tanganku dengan otomatis memilih lagu untuk diputar, lalu aku memencet tombol ‘play’ saat layar kecil itu mendeteksi instrument manis milik Kenny G berjudul Tears in the Heaven. 
“nice jazz, itu saxophone quintet” Lelaki disebelahku melempar senyum tipisnya, Tuhan... dia Ayah dari calon anak anakku. Tampan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya :) semoga dengan membaca blog saya, teman teman mendapatkan sesuatu yang baik. Silahkan tinggalkan komentar :)