Seakan hanya aku yang menggagalkan impian untuk mengakhiri cerita
manis ini dengan bahagia, seakan hanya aku yang memiliki kuasa untuk melukai
semua kenangan kita, seakan hanya aku yang yang tak mampu memahami keadaannya,
seakan hanya aku yang berdiri menghunus belati kesetianp senti dirimu, seakan
hanya aku yang merobek kisah itu. Seakan hanya aku, yang bersalah… dimatamu.
Seakan kau lupa, bagaimana kau membuat aku mengecap setiap
luka. Karena kau tak pernah tahu, bagaimana aku mengobati lukaku sendirian. Tak
ada teman. Tak ada ruang. Tak ada celah. Tak ada apa apa untuk kupaksa
mendengar keluh kesahku, sakit hatiku, luka kecilku, catatan hitamku. Aku menyayangimu
hingga aku tak ingin ada orang lain yang tahu kau pernah menggores diriku,
bahkan aku berharap dunia mengenalmu sebagai seorang yang menjagaku dan
menjadikan aku selalu merasa baik – baik saja.
Aku selalu mengatakan pada hatiku. Bukan maksudmu
menyakitiku, karena itu aku tetap tertawa dan tersenyum. Tapi sayangnya… hatiku
tak setumpul itu, rasa sayangku terlalu dalam, walau hanya untuk sebuah kilasan
senyum pada seorang gadis dipinggir jalan. Aku tidak bercanda, aku bicara apa adanya. Aku
memang pandai menyembunyikan sebuah luka dan pura pura lupa. Tapi bagaimanapun,
luka itu tetap ada.
Akhirnya aku buka mulut hari ini. Dan sahabat ku marah besar!
Dia mencaci maki diriku dan perasaanku. Aku benar – benar tidak mengerti,
kenapa secara tiba tiba perasaan ini ada dan tertanam begitu dalam. Hingga saat
aku harusnya mencampakan dan menjauhimu atas tumpukan salah dan kejahatanmu,
aku masih menghawatirkanmu dan masih selalu meminta maafmu.
Kenapa saat dunia memaksaku untuk menjadi tega, aku malah
merasa sangat berdosa?
Kau. Kamu. Dirimu. Anda.
Pernahkah membayangkan bagaimana rasanya itu?
Dan… sekarang, kau melukai gadis yang sesayang itu padamu.
hiks.. kok menyedihkan gitu...?? T_T
BalasHapus*galau
Asiiikkk pesan tersampaikan pada pembaca...
BalasHapusFidi kereen :)