Aku punya sebuah dongeng panjang untukmu.
Bersabarlah untuk membacanya, karena ini hanya untukmu J
Pagi itu aku terbangun dari sebuah tidur
malam yang tak nyenyek, tergopoh ke kamar mandi dan membasuh wajah sambil
bertanya ‘mimpi apakah itu’. Aku hanya mengingat seorang ibu menangis tersedu,
punggungnya bergetar hebat, dan dengan suara terganggu isakan dia memintaku menjaga
putranya. Aku sangat ketakutan karena aku tak tahu apa – apa, bahkan aku merasa
tak mengenal ibu itu. Aku hanya ingat wajahnya, dia perempuan hangat yang terlihat
lebih tua beberapa tahun dari ibuku, namun wajahnya letih.
Aku tak tahu harus bertanya pada siapa,
tapi kurasa putra ibu itu adalah kau J
dan kebetulan sekali cinta ‘rasa baru’
itu menggantung dihati kita, dan mungkin karena itu pula kau mau mendengar
nasihatku walau semua terlihat tidak mudah. Aku ingin kau berubah, barang sedikiiit
saja. Bukan demi aku atau cinta cintaan diantara kita, bukan. Tapi… demi dirimu,
dan ibu itu.
Kau boleh tak percaya, cerita diantara kita
adalah sebuah de javu luar biasa bagiku.
Aku memimpikan beberapa teman masa
lalumu, dan aku bisa melihat bagaimana gadis - gadis yang kau sukai walau aku
secara nyata tak pernah benar – benar melihat mereka.
Dan sebuah mimpi dengan makna ‘saat
perempuan ketiga yang tak perlu tahu sesuatu yang tak seharusnya dia lihat
menangkap basah kita. Aku harus bergegas pergi, menjauh… mengabaikan segala
macam perasaan dan pemikiran’. Dan, hari ini… perempuan ketiga itu melihat kita.
Awalnya aku mau menghilang saja tiap terjadi hal yang sama, tapi aku tidak
mungkin. Aku seorang manusia normal.
Mungkin kah kau percaya, tadi pagi. Aku memimpikanmu
saat aku terlelap disampingmu. Kau boleh berbangga, ternyata alam bawah sadarku
mengakuimu!
Isi mimpiku adalah… aku sibuk mencari
ponselku di kasurmu, tapi bukan milikku yang tertangkap tanganku. Itu milikmu. Detik
itu juga aku ingin membuka pesanmu. Padahal sebelumnya sama sekali.. aku tak
pernah menyentuh ranah private milikmu itu tanpa sepengetahuanmu, dalam mimpi
dan nyataku. Aku tak perduli dengan semua pesan masuk, entah mengapa aku hanya
ingin melihat pesan terkirim. Aku membukanya
secara random, dan aku membacanya! Aku tak memperhatikan semua nama penerima. Mataku
hanya terfokus pada isi pesanmu.
Lalu aku tertarik pada beberapa pesan
berturut – turut darimu. Kau memulai pesanmu itu persis dengan cara kau memulai
pesanmu padaku, kau mengucapkan kata - kata manis persis yang kau katakan
padaku, kau berpamitan padanya seperti kepadaku, kau mengirimkan segala hal
yang kusukai dari pesanmu padanyadan. Kau.. kau juga memanggilnya sayang,
seperti kau biasa memanggilku. Dan.. kau juga mengatakan kau sayang padanya.
Lalu aku cepat – cepat terbangun, aku
melihatmu masih dengan posisi yang sama. Kau terlelap tenang dengan wajah
miring kepadaku, deru kipas bahkan tak mengganggumu sama sekali. Kau menekuk
kedua kakimu menahan dingin, itu membuatku menyadari bahwa selimutmu hanya membelit
badanku. Kau tahu, aku sangat menikmati pemandangan kala itu: sorot sinar
matahari biru menimpa wajahmu yang begitu dekan dan lekat. Dalam remang aku melihat
dengan jelas tiap lekuk wajahmu, meneliti bulu matamu, mengamati wajahmu yang
oval menampakkan tirusnya pipimu dan bibir mu yang penuh dan merah. Aku hampir
menangis. Aku takut mimpiku menjadi nyata seperti mimpi – mimpiku tentangmu
sebelumnya. Aku hanya tahu, aku ingin memelukmu detik itu.
Dalam kebekuan aku berharap mimpi itu
lenyap dari ingatanku dan tak pernah menjadi nyata. Aku –sangat-berharap. Tapi…
harapanku adalah sebuah harapan. Aku mengalaminya, aku menemukan ponselmu
tergeletak saat aku mencari milikku. Dan semua terjadi dengan urutan yang sama
persis. Bedanya, kala itu aku tidak bisa memaksa diriku terbangun, karena itu
kenyataannya. Aku tidak bisa menemukan kau meringkuk disampingku dengan wajah
yang disukai mataku. Hingga kejadian itu menamparku pada sebuah ucapanmu ‘aku
tak akan pernah mengatakan sayang, jika aku tak benar – benar sayang’. Baiklah…
aku bukan ingin menangis lagi, tapi aku hanya ingin tertawa. Geli. Betapa bodohnya
aku, aku mempercayai ucapanmu yang mungkin juga kau ucapkan pada puluhan gadis
lainnya diluar sana.
Satu lagi hal sama, aku juga tak
mengingat nama penerima pesanmu itu. Malam ini, hal mengerikan selanjutnya
adalah.. tidur. Aku takut untuk tidur, aku takut kembali bermimpi tentangmu,
aku takut pada terlalu banyak hal yang sebenarnya tak perlu kau mengerti.
Oh, iya… kau ingat. Siang itu… kita
melihat – lihat foto di ponselmu. Aku melihat satu persatu, hingga aku berhenti
pada sebuah foto dan bertanya padamu, “siapa?” dengan singkat kau menjawab “orang
tuaku”. Saat itulah, aku berharap aku lupa. Tapi aku ingat, wanita di foto itu…
sama dengan ibu yang memintaku menjaga putranya sambil terisak didalam mimpiku.
Kau boleh beritahu ibumu, aku meminta maaf. Aku pagar makan tanaman.
terkadang kita menuliskan sesuatu yang biasa bagi kita, tapi tanpa disadari menjadi inspirasi bagi orang lain.
BalasHapusmakasih ya, udah menginspirasi. kamu adalah wanita yang tegar yang aku pernah tau. :)
Terimakasih sudah mengapresiasi.
Hapuswalau pake anonim gini, aku tau lo ini siapa. Gaya bahasanya yang bicara :)