Assalamualaikuum

Welcome! Selamat Datang! Sugeng Rawuh!

disini aku bercerita, bercita dan bercinta bersama kata.

tak ada yang perlu kusembunyikan dan kututupi dari dunia, aku percaya saat aku bercerita hal besar padanya, dunia akan menceritakan hal dahsyat padaku.

cita citaku sepenuhnya ada padanya, kata. aku percaya melebihi apapun, kami akan selalu bersama.

aku tak percaya cinta pada pandangan pertama, tapi aku percaya cinta pada kenyamanan pertama. tak ada yang lebih membuatku nyaman kecuali kata.

Kamis, 24 Desember 2015

Curhat :)



Gak punya HP, gak ada temen di kos, TV nayangin acara yang sama, Dicho di Wates, jadilah dengan koneksi yang mendrap mendrip ini aku onlen. 

Dear Diary...
Beberapa hari terakhir rasanya berat, masalah menghantam bertubi - tubi. Kalau biasanya masalah dan solusi datang bergantian, yang aku dapetin akhir tahun ini malah masalah yang datengnya kaya hujan, rombongan! Lebih terasa berat saat ga ada teman bicara, secara aneh dan misterius aku jadi agak pendiam dan introvert. Serius aku kaget sama perubahan ini. 

Semalem (setelah beberapa minggu gak ketemu) aku jalan sama Dicho. He teased me whisperedly  lama ngaak jalan” kaya gini, kangen kan?!”. Aku cuma nyungir kuda, gengsi buat bilang iya. Singkat cerita kami udah diparkiran, dia yang ngerasa ‘aku beda’ sejak pertama ketemu langsung nanya – nanya aku kenapa, nyuruh cerita, yah walaupun dia gak bisa ngasih solusi at least biar aku lega karena udah ngeluarin uneg-uneg.

Lucunya, aku beneran bingung harus mulai dari mana. Lalu aku bilang aja ‘kok akhir – akhir ini aku gabisa cerita ke orang ya? Aku jadi pendiem, macem introvert, rasanya nyebelin banget gabisa cerita... sumpek dewe. Spontan Dicho jawab aku juga berubah jadi ekstrovert, duh, aneh banget, nyebelin.. aku jadi cerewet, dikit – dikit aku cerita, mbuh lah. Kemudian hening. Biasanya aku pasti langsung nyamber dan ngomong entah apa, tapi detik itu aku stuck, bener- bener gabisa ngasih respon sama omongan dia. Its frustrating. 

Seakan bertukar peran, Dicho mancing aku dengan beberapa pertanyaan, persis kaya aku kalau lagi berusaha nyelidiki dia sewaktu aku ngerasa dia agak aneh. Akhirnya aku mulai bisa cerita, walau gak detail kaya aku yang biasanya, kali ini cuma menyampaikan garis besar masalahku. Dan itu lebih menyakitkan! Karena di otakku tergambar plot cerita secara detail yang biasanya bisa aku urai lewat ucapan. Tapi saat itu engga! Gimana sih rasanya, ketika kamu bisa bayangin sebuah taman dengan macam- macam bunga, jenisnya, warnanya, ukurannya, aromanya, bentuk daunnya, warna potnya, jumlah kupu yang terbang, penataan tamannya, nyala lampu taman saat malam, bunyi air kolamnya, ikan koi yang berenang didalamnya, dan gimana pagar yang melingkar di taman itu, TAPI, kamu Cuma bisa bilang “ADA SEBUAH TAMAN BUNGA”. Hell banget nget nget! Dan itu terjadi, sebagai pembalasannya aku cuma bisa nangis sambil ngabisin tisu mobil. 

Diawali oleh mata yang berkaca-kaca, lalu netes, lalu deres, lalu sesenggukan dan ingusan. I cried for thousands sad stories that locked by my mouth. I lost zillions words, and this was the saddest story.
Rasanya, aku pengen jadi bocah umur 3 tahun, yang kalo nangis bisa langsung dipeluk sama siapa aja, diseka air matanya, ditenangin dengan omongan entah apa dan bisa langsung percaya kalau omongan itu benar tanpa perlu bertanya “kalau... kalau.. ”. However, I’m me. Gadis 22 tahun yang gak boleh sembarangan dipeluk orang, yang bahkan nangis didepan orang udah nggak lagi pantes. 

Sekian...

Nulis ini mulai 11:11 kelar 12:12 24122015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya :) semoga dengan membaca blog saya, teman teman mendapatkan sesuatu yang baik. Silahkan tinggalkan komentar :)