Ini
adalah kumpulan kata yang hanya bisa kutelan tanpa bisa ku ucapkan.
Sungguh
tragis.
saat kata kata ini berada ditenggorokan, mereka akan terhenti dan air
mataku yang mewakili.
Karena aku tidak suka menangis..kutulis menjadi sepucuk
surat, yang tak akan mampu kukirimkan sampai batas waktu yang tidak aku
mengerti.
Assalamualaikum Wr. Wb
Bapak, Ibuk.. Apa kabar?
Semoga Allah menjaga Bapak dan Ibuk dari segala hal buruk. Aku sangat
merindukan rumah, aku ingin pulang dan merasakan amosfer keluarga kita, memang
tidak selalu tertawa, namun aku damai dan bahagia disana.
Bapak, Ibukku…
Sebenarnya
ada seonggok rasa yang aku simpan hingga detik ini. Maaf jika aku lancang hanya
menyamaikannya lewat surat, bukan langsung dari mulut anakmu ini.
Tahun lalu, sebagai
baktiku, aku menuruti perintah kalian. Walau detik itu juga aku harus
mencampakan cita citaku sejak aku belia,TK.
Aku menjalani serentetan tes untuk berusaha
menembus subuah perguruan tinggi kedinasan yang kalian inginkan. Sungguh, andai
kalian tahu.. aku menangis sepanjang latihanku. Aku bersedih dalam persiapanku. Aku
berpasrah di medan perangku. Walau begitu.. semua tak mengurangi sedikitpun
kualitas kerjaku. Kulakukan seoptimal mungin, semampuku, inilah wujud sayang ku.
Dan semua berjalan sesuai rencana… Tes psiko sudah ku ingat semua triknya, aku
mampu berdiri tegar walau saat tes kesehatan semua menatapku sebelah mata
karena aku pendek, aku lakukan tes semapta mati matian hingga aku mendapatkan 9
putaran lapangan dalam waktu 12 menit dan mengalahkan teman teman yang jelas memiliki postur lebih tinggi dan lebih ‘niat’. Bapak..
wajahmu membayang disetiap langkahku kala itu.
Tapi sungguh maafkan, tes terakhir
menghentikan langkahku. Gurat kekecewaan terlihat jelas diwajahmu ibu, maafkan
aku… Aku memang tidak menguasai ilmu sosial, aku seorang IPA. Teori termudah di
IPS bisa jadi tak terjamah otakku. Maafkan aku ibu. Maafkan...
Lalu beasiswa pendidikan
bahasa inggris kuambil. Hanya dengan satu juta, ibu bisa melihatku belajar untuk
menjadi seorang pendidik.
Semua berjalan lancar, sampai akhirnya aku tidak
mampu lagi berperang dengan pikiranku.
Aku lelah. Aku lelah. Disini (maaf,
bukan meng-underestimate kan teman teman sekarang), aku merasa tidak maju. Aku mendapatkan
pelajaran yang terlalu mudah dari dosen. Aku bahkan mengerjakan tugas kelompokku
sendirian, aku mengerjakan tugas individu untuk beberapa hari dalam waktu satu
malam saja. Aku sudah tahu apa yang dosen maksud dan bicarakan, aku tahu
jawaban pertanyaan yang semua temanku ajukan. Aku tahu scenario dosenku.
Tapi aku terlihat bodoh dikelasku. Sekejap gadismu yang cerewet ini menjadi pendiam. Aku tak
sekalipun mengacungkan tangan atau bicara didepan kelas. Aku hanya memilih diam
dan menunggu teman lain mencerna apa omongan dosen dan mengerti apa maksud
tugas dosen yang sudah selesai kukerjakan. Aku tak punya sedikitpun gairah
belajar disini Ibuk, aku benar benar tidak maju. Dan ini menyedihkan :(
Ibu, Bapak...
Kalian percaya
kan bahwa anakmu ini tidak bodoh? Masih ingat kan siapa yang mendapat
sertifikat siswa teraktif se-kecamatan saat TK? Mendapat peringkat 1 abadi
selam SD, dan beberapa kali di SMP dan SMA? Yang selalu juara saat lomba puisi?
Menang pidato bahasa inggris 3 Kali berturut turut? mendapatkan sertifikat
winner saat lomba speech dari Jepang
ketika SMP? Menjadi dirigen terbaik? Yang mendapat sertifikat kimia Australia 2
kali? Dan siapa yang karantina untuk pertukaran pelajar ke USA? Bapak, ibuk..
itu semua anakmu… aku. Aku tidak bodoh kan?! dan aku ingin maju… izinkan anakmu
ini untuk meraih mimpinya..
Beberapa minggu lalu, aku
ikut tes AMT ibuk.. bapak… Dan aku kaget melihat hasil tesku.. motivasi
berprestasi ku mendapat nilai 11, padahal nilai maksimal 12. Power kerjaku juga
tinggi buk, pak.. 6 dari interval 1-8. Ada dua rasa berkecamuk saat itu,
bahagia, tapi juga… menderita.
Ibuk.. Bapak..
Tahun depan
ijinkan aku untuk membelok kearah yang aku mau, ijinkan aku menyalakan tanda
bahaya dan keluar dari ‘zona nyaman’ ini. Restui anakmu untuk mencoba, hanya
itu… restui anakmu untuk mencoba.. jangan seperti tahun lalu. Ya? Jangan ucapkan
kalimat yang begitu memelintir hatiku lagi, jangan ucapkan kata yang meremas
perasaanku lagi..jangan lagi Ibuuuukkk…
Masalah biaya, mungkin
memang akan lebih banyak dari tahun lalu. Tapi buk… pak.. kalau itu memang
rezeki ku, ibuk dan bapak pasti diberi jalan untuk membiayai kuliahku. itu
rezeki ku, diberikan Allah untukku, lewat Bapak dan Ibuk… Seandainya memang
tidak diterima, pasti memang menjadi guru aku dilahirkan. Dan, yang terpenting aku
akan bisa lebih legowo untuk
menjalani kuliahku saat ini.
Sampun Pak, Buk. Sungkem
saking kulo.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Mom, Dad.. how to make you understand..
BalasHapusgagal itu hal yg sangat biasa. besyukur . lihat aku. masih banyak yg lbh rendah dr km nika. aku jg merasakan sama di kelas. ya. seperti itu. tp,ketika melihat semangat teman2 baruku dgn keterbatasanya (ekonomi, akademik, status sosial) aku jd merasa ,betapa beruntungnya aku. gak papa, maksut ortu memberikan apa yg trbaik. tp apa-apa yg di mau mereka,ternyata blm baik di mata ALLOH. ini adalah renc ana kecil dr rencana besar-NYA. semangat !
BalasHapusthanks pepe :)
BalasHapusyou know, walau aku sudah berusaha memendamnya jauh didasar hatiku, tapi apalah dayaku.. sejuta mimpi masih tetap hidup dipikiranku, merengek untuk diwujudkan, segera :/
hu.um, ikhtiar yow sodara !! hihihihiiii
BalasHapuskalo kita punya rencana untuk berhasil, InsyaAlloh Alloh akan membukakan jalan keberhasilan... jangan liat yg sudah2. pahit memang. tinggal satu tahap, tapi jatuh. ah, dijadikan untuk latihan sabar saja :)
thanks sistah :*
BalasHapusiya memang kurang satu langkah, bukan masalah kok itu :)